Sabtu, 25 Februari 2012

silsilah ki ageng pegging

'''Kyai Ageng Pengging''' adalah penguasa daerah [[Pengging]] (pusatnya berada di Desa [[Dukuh, Banyudono, Boyolali|Dukuh]], Kecamatan [[Banyudono, Boyolali]] sekarang) yang dihukum mati [[Kerajaan Demak]] pada masa pemerintahan [[Raden Patah]] karena dituduh memberontak.

== Asal-Usul Ki Ageng Pengging ==
Nama aslinya adalah '''Raden Kebo Kenanga'''. Kakaknya bernama Raden Kebo Kanigara. Keduanya adalah putra pasangan [[Andayaningrat]] dan [[Ratu Pembayun]].

Nama asli Andayaningrat adalah Jaka Sengara. Ia diangkat menjadi bupati Pengging karena berjasa menemukan [[Ratu Pembayun]] putri [[Brawijaya]] raja [[Majapahit]] (versi ''babad''), yang diculik Menak Daliputih raja [[Blambangan]] putra [[Menak Jingga]]. Jaka Sengara berhasil menemukan sang putri dan membunuh penculiknya.

Jaka Sengara kemudian menjadi Adipati/Raja Muda Pengging, bergelar Andayaningrat atau Ki Ageng Pengging I (versi lain menyebutnya Jayaningrat). Kedua putranya menempuh jalan hidup yang berbeda. Kebo Kanigara yang setia pada agama lama meninggal saat bertapa di puncak [[Gunung Merapi]]. Sedangkan Kebo Kenanga masuk [[Islam]] di bawah bimbingan [[Syekh Siti Jenar]].

== Kebo Kenanga Menjadi Ki Ageng Pengging II ==
''Serat Kanda'' mengisahkan, [[Andayaningrat]] membela [[Majapahit]] saat berperang melawan [[Demak]]. Ia tewas di tangan [[Sunan Ngudung]] panglima pasukan [[Demak]] yang juga anggota [[Walisanga]]. Kebo Kenanga tidak ikut berperang karena takut menghadapi gurunya. Padahal, [[Syekh Siti Jenar]] sendiri tidak mendukung serangan [[Demak]].

Kebo Kenanga kemudian menjadi penguasa Pengging menggantikan ayahnya. Namun, ia tidak menjalani hidup mewah sebagaimana para bupati umumnya, melainkan hidup sebagai petani membaur dengan rakyatnya.

Menurut ''Serat Siti Jenar'', Kebo Kenanga bertemu [[Syekh Siti Jenar]] sesudah menjadi penguasa Pengging. Dikisahkan keduanya berdiskusi tentang persamaan agama [[Hindu]], [[Buddha]], dan [[Islam]]. Akhirnya, dicapai kesepakatan kalau ketiga agama tersebut pada hakikatnya sama, yaitu sama-sama menyembah [[Tuhan Yang Maha Esa]], hanya tata cara peribadatannya saja yang berbeda.

== Keluarga Ki Ageng Pengging ==
Ki Ageng Kebo Kenanga Pengging menikah dengan kakak perempuan Ki Ageng Butuh (murid [[Syekh Siti Jenar]] pula). Dari perkawinan itu lahir seorang putra bernama '''Mas Karebet'''.

Saat Karebet dilahirkan, Ki Pengging sedang menggelar pertunjukan wayang yang didalangi kakak seperguruannya, yaitu Ki Ageng Tingkir. Sepulang mendalang, Ki Tingkir meninggal dunia. Kelak, sepeninggal Ki Ageng Pengging dan istrinya, Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir), sehingga setelah dewasa, Karebet pun dijuluki sebagai [[Jaka Tingkir]] dan mendirikan [[Kerajaan Pajang]]. Pendirian Pajang adalah sebagai usaha Jaka Tingkir, yang telah berhasil memperistri puteri raja [[Trenggana]], untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Demak menuju pedalaman Jawa. Hal inilah yang memunculkan teori berpindahnya corak kerajaan maritim ke agraris. Secara politis juga untuk menjauhkan diri dari kemungkinan sengketa dengan keturunan Sekar Seda Lepen yang bernama Arya Penangsang.

== Kematian Ki Ageng Pengging ==
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], Ki Ageng Pengging dicurigai [[Raden Patah]] hendak memberontak karena tidak mau menghadap ke [[Demak]]. Patih Wanapala (versi Serat Siti Jenar menyebut Patih Wanasalam) dikirim ke Pengging untuk menyampaikan teguran.

Waktu setahun berlalu dan Ki Pengging tetap menolak menghadap. Apalagi ia gencar mendakwahkan ajaran [[Syekh Siti Jenar]] yang dianggap sesat oleh pemerintah [[Demak]]. Maka, [[Sunan Kudus]] pun dikirim untuk menghukum mati Ki Ageng Pengging.

Setelah melalui perjalanan panjang, rombongan [[Sunan Kudus]] akhirnya tiba di Pengging. Ki Pengging merelakan kematiannya daripada harus menghadap [[Raden Patah]]. Akhirnya, ia pun meninggal dunia setelah titik kelemahannya, yaitu ujung siku, ditusuk keris [[Sunan Kudus]].

Menurut ''Serat Siti Jenar'', Ki Ageng Pengging Kebo Kenongo meninggal karena kemauannya sendiri. Sebelumnya, ia dikisahkan berhasil menyadarkan [[Sunan Kudus]] tentang ajaran [[Syekh Siti Jenar]] yang sebenarnya. Akhirnya, Ki Ageng Pengging meninggal dunia dengan caranya sendiri, bukan karena ditusuk [[Sunan Kudus]].

Pada intinya, kematian Ki Ageng Pengging disebabkan karena penolakannya terhadap pemerintahan [[Demak]]. Ia adalah murid terbaik [[Syekh Siti Jenar]], yaitu seorang wali yang mengajarkan kesederajatan manusia dan menolak basa-basi duniawi.

== Kepustakaan ==
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa''. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
'''Kyai Ageng Pengging''' adalah penguasa daerah [[Pengging]] (pusatnya berada di Desa [[Dukuh, Banyudono, Boyolali|Dukuh]], Kecamatan [[Banyudono, Boyolali]] sekarang) yang dihukum mati [[Kerajaan Demak]] pada masa pemerintahan [[Raden Patah]] karena dituduh memberontak.

== Asal-Usul Ki Ageng Pengging ==
Nama aslinya adalah '''Raden Kebo Kenanga'''. Kakaknya bernama Raden Kebo Kanigara. Keduanya adalah putra pasangan [[Andayaningrat]] dan [[Ratu Pembayun]].

Nama asli Andayaningrat adalah Jaka Sengara. Ia diangkat menjadi bupati Pengging karena berjasa menemukan [[Ratu Pembayun]] putri [[Brawijaya]] raja [[Majapahit]] (versi ''babad''), yang diculik Menak Daliputih raja [[Blambangan]] putra [[Menak Jingga]]. Jaka Sengara berhasil menemukan sang putri dan membunuh penculiknya.

Jaka Sengara kemudian menjadi Adipati/Raja Muda Pengging, bergelar Andayaningrat atau Ki Ageng Pengging I (versi lain menyebutnya Jayaningrat). Kedua putranya menempuh jalan hidup yang berbeda. Kebo Kanigara yang setia pada agama lama meninggal saat bertapa di puncak [[Gunung Merapi]]. Sedangkan Kebo Kenanga masuk [[Islam]] di bawah bimbingan [[Syekh Siti Jenar]].

== Kebo Kenanga Menjadi Ki Ageng Pengging II ==
''Serat Kanda'' mengisahkan, [[Andayaningrat]] membela [[Majapahit]] saat berperang melawan [[Demak]]. Ia tewas di tangan [[Sunan Ngudung]] panglima pasukan [[Demak]] yang juga anggota [[Walisanga]]. Kebo Kenanga tidak ikut berperang karena takut menghadapi gurunya. Padahal, [[Syekh Siti Jenar]] sendiri tidak mendukung serangan [[Demak]].

Kebo Kenanga kemudian menjadi penguasa Pengging menggantikan ayahnya. Namun, ia tidak menjalani hidup mewah sebagaimana para bupati umumnya, melainkan hidup sebagai petani membaur dengan rakyatnya.

Menurut ''Serat Siti Jenar'', Kebo Kenanga bertemu [[Syekh Siti Jenar]] sesudah menjadi penguasa Pengging. Dikisahkan keduanya berdiskusi tentang persamaan agama [[Hindu]], [[Buddha]], dan [[Islam]]. Akhirnya, dicapai kesepakatan kalau ketiga agama tersebut pada hakikatnya sama, yaitu sama-sama menyembah [[Tuhan Yang Maha Esa]], hanya tata cara peribadatannya saja yang berbeda.

== Keluarga Ki Ageng Pengging ==
Ki Ageng Kebo Kenanga Pengging menikah dengan kakak perempuan Ki Ageng Butuh (murid [[Syekh Siti Jenar]] pula). Dari perkawinan itu lahir seorang putra bernama '''Mas Karebet'''.

Saat Karebet dilahirkan, Ki Pengging sedang menggelar pertunjukan wayang yang didalangi kakak seperguruannya, yaitu Ki Ageng Tingkir. Sepulang mendalang, Ki Tingkir meninggal dunia. Kelak, sepeninggal Ki Ageng Pengging dan istrinya, Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir), sehingga setelah dewasa, Karebet pun dijuluki sebagai [[Jaka Tingkir]] dan mendirikan [[Kerajaan Pajang]]. Pendirian Pajang adalah sebagai usaha Jaka Tingkir, yang telah berhasil memperistri puteri raja [[Trenggana]], untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Demak menuju pedalaman Jawa. Hal inilah yang memunculkan teori berpindahnya corak kerajaan maritim ke agraris. Secara politis juga untuk menjauhkan diri dari kemungkinan sengketa dengan keturunan Sekar Seda Lepen yang bernama Arya Penangsang.

== Kematian Ki Ageng Pengging ==
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], Ki Ageng Pengging dicurigai [[Raden Patah]] hendak memberontak karena tidak mau menghadap ke [[Demak]]. Patih Wanapala (versi Serat Siti Jenar menyebut Patih Wanasalam) dikirim ke Pengging untuk menyampaikan teguran.

Waktu setahun berlalu dan Ki Pengging tetap menolak menghadap. Apalagi ia gencar mendakwahkan ajaran [[Syekh Siti Jenar]] yang dianggap sesat oleh pemerintah [[Demak]]. Maka, [[Sunan Kudus]] pun dikirim untuk menghukum mati Ki Ageng Pengging.

Setelah melalui perjalanan panjang, rombongan [[Sunan Kudus]] akhirnya tiba di Pengging. Ki Pengging merelakan kematiannya daripada harus menghadap [[Raden Patah]]. Akhirnya, ia pun meninggal dunia setelah titik kelemahannya, yaitu ujung siku, ditusuk keris [[Sunan Kudus]].

Menurut ''Serat Siti Jenar'', Ki Ageng Pengging Kebo Kenongo meninggal karena kemauannya sendiri. Sebelumnya, ia dikisahkan berhasil menyadarkan [[Sunan Kudus]] tentang ajaran [[Syekh Siti Jenar]] yang sebenarnya. Akhirnya, Ki Ageng Pengging meninggal dunia dengan caranya sendiri, bukan karena ditusuk [[Sunan Kudus]].

Pada intinya, kematian Ki Ageng Pengging disebabkan karena penolakannya terhadap pemerintahan [[Demak]]. Ia adalah murid terbaik [[Syekh Siti Jenar]], yaitu seorang wali yang mengajarkan kesederajatan manusia dan menolak basa-basi duniawi.

== Kepustakaan ==
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa''. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius

2 komentar: